Pages

Subscribe:

Er Khaulah Al Zahro

.

Minggu, 31 Juli 2011

Amalan-Amalan Sunnah Pada Bulan Ramadhan

Ikhwan wa Akhwat yang dimuliakan oleh Alloh Subhanahu wa ta’ala, sebentar lagi tinggal menunggu hitungan jam, tamu agung bulan Ramadhan akan segera datang menyapa kita. Bahkan mungkin di belahan bumi sana seperti Indonesia sudah memasukinya. Seluruh ummat muslim dari segala penjuru dunia serentak berbondong-bondong menyambut kedatangannya dengan menghidupkan suasana yang penuh rahmat, barakah dan maghfirah. Ramadhan merupakan pesta ibadah bagi umat Islam serta momen yang tepat untuk kita lebih mendekatkan diri kepada sang Pencipta, Alloh Azza wa Jalla.
Lantas persiapan apakah yang sudah kita lakukan sebagai umat Islam untuk menyambutnya? Sudahkah kita tahu amalan-amalan yang dianjurkan untuk kita lakukan pada bulan Ramadhan? Sungguh bulan Ramadhan adalah peluang emas bagi kita untuk mengisi rekening kebajikan kita dan mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya di sisi Alloh. Karena pada bulan ini pahala ibadah sunnah dilipatkan menjadi pahala wajib dan pahala ibadah wajib dilipatkan menjadi tujuh puluh kali lipat, subhanalloh.
Hal ini sebagaimana sabda Rasululloh saw: “Barang siapa yang
melaksanakan amalan sunnah pada bulan Ramadhan, maka pahalanya sama
dengan pahala melaksanakan ibadah wajib pada bulan selain Ramadhan.
Dan barang siapa yang melaksanakan ibadah wajib pada bulan Ramadhan,
maka pahalanya sama dengan pahala yang melaksanakan tujuh puluh ibadah
wajib pada bulan selain Ramadhan”
 (HR. Baihaki).
Maka sudahlah wajar kalau para sahabat pernah mengharap seandainya seluruh bulan dalam setahun adalah semuanya bulan Ramadhan. Teladan kita Rasululloh SAW ketika datang bulan Ramadhan beliau memberi kabar gembira kepada para sahabatnya.
عَنْ أََبَِِِي هُرَيْرَةََ رَضِي اللهُ عَنْهُ ، قالَ : ( كانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى اللهُ عليه وَسَلّمَ يُبَشِّرُ أصْحابَهُ يقولُ : قَدْ جاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضانَ شَهْرٌ مُبارَكٌ كَتَبَ اللهُ عليكم صِيامَهُ ، فيهِ تُفْتَحُ أََبوابُ الجَنّةِ ، وتُغْلَقُ فِيهِ أبْوابُ الجَحِيْمِ ، وتُغَلُّ فِيه الشَياطينُ فيه لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَها فَقَدْ حُرِمْ) رواه أحمد والنسائي
Dari Abu Hurairah ra ia berkata, Rasululloh Shalallohu ‘alaihi wa sallam memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda:
“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Alloh mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya; pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat dalam bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang tidak memperoleh kebaikannya, maka ia tidak memperoleh apa-apa.” (HR. Ahmad dan an-Nasa`i).
Demikian adalah amalan-amalan sunnahnya:
1. Bersahur dan menyegerakan berbuka
Rasululloh SAW bersabda:
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً
“Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menyegerakan berbuka akan mendatangkan kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
“Manusia akan sentiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Mengawali berbuka puasa dengan kurma, atau manis-manisan kalau tidak ada maka dengan minum air. ” Rasululloh saw berbuka dengan rutbaat (kurma segar) sebelum beliau shalat, apabila tidak ada maka dengan beberapa tamar (kurma) dan apabila tidak ada, beliau meminum air. (HR Abu Dawud, Hakim dan menshahihkannya serta Tirmidzi meng-hasankannya). Lihat kitab fiqhus sunnah terbitan al Fathul I’lam al Araby, hal: 521.
2. Membaca Al Qur’an
Membaca al-Qur`an sangat dianjurkan bagi setiap muslim di setiap waktu dan kesempatan apapun itu kesibukan dan profesinya. Alqu’an merupakan dusturuna undang-undang kita sebagai ummat Muhammad saw. Maka seyogyanya kita tidak pernah melupakannya untuk membacanya setiap hari, karena al-Qur’an dapat memberi syafaat kepada pembacanya pada hari kiamat. Rasululloh bersabda :
اقْرَؤُوْا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي  يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا ِلأَصْحَابِهِ
“Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi ahlinya” (yaitu, orang yang membaca, mempelajari dan mengamalkannya). HR. Muslim.
Ada pemandangan yang sangat menarik yang saya perhatikan selama saya berada di Kairo, dimana saya sering menemukan orang-orang membaca al Qur’an di jalan-jalan umum, bus, mall-mall bahkan terminal. Tidak jarang juga para eksekutif meluangkan waktunya untuk membaca al Qur’an di kantor. Sebuah pemandangan yang bagi saya sangat mengharukan sekali dan membuat hati berdebat-debar. Suasana ruhiah seperti ini belum pernah saya temukan di Indonesia, bahkan di Saudi sekalipun saya belum pernah melihat orang-orang yang sedang bergelantungan di dalam bus yang penuh sesak dan masih menyempatkan diri membaca al Qur’an. Subhanallohu wal hamdulillah wa laa ilaha illallohu wallohu akbar.
Rasululloh selalu memperbanyak membaca al-Qur`an di hari-hari Ramadhan, seperti diceritakan dalam hadits Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata:
وَلاَ قَامَ لَيْلَةً حَتَّى يُصْبِحَ وَلاَ صَامَ شَهْرًا كَامِلاً غَيْرَ رَمَضَانَ وَلاَ أَعْلَمُ نَبِيَّ الله ِقَرَأَ الْقُرْآنَ كُلَّهُ فِى لَيْلَةٍ
“Saya tidak pernah mengetahui Rasulullah  membaca al-Qur`an semuanya, sembahyang sepanjang malam, dan puasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan.” HR. Ahmad.
Dalam hadits Ibnu Abbas  yang diriwayatkan al-Bukhari, disebutkan   bahwa Rasulullah melakukan tadarus al-Qur`an bersama Jibril di setiap bulan Ramadhan.
3. Shalat tarawih berjamaah
Shalat Tarawih disyariatkan berdasarkan hadits Aisyar radhiyallahu anha, ia berkata: “Sesungguhnya Rasululloh keluar pada waktu tengah malam, lalu beliau shalat di masjid, dan shalatlah beberapa orang bersama beliau.  Di pagi hari, orang-orang memperbincangkannya. Ketika Nabi mengerjakan shalat (di malam kedua), banyaklah orang yang shalat di belakang beliau. Di pagi hari berikutnya, orang-orang kembali memperbincangkannya. Di malam yang ketiga, jumlah jamaah yang di dalam masjid bertambah banyak, lalu Rasulullah keluar dan melaksanakan shalatnya. Pada malam keempat, masjid tidak mampu lagi menampung jamaah, sehingga Rasululloh hanya keluar untuk melaksanakan shalat Subuh. Tatkala selesai shalat Subuh, beliau menghadap kepada jamaah kaum muslimin, kemudian membaca syahadat dan bersabda,
“Sesungguhnya kedudukan kalian tidaklah sama bagiku, aku merasa khawatir ibadah ini diwajibkan kepada kalian, lalu kalian tidak sanggup melaksanakannya.” Rasululloh wafat dan kondisinya tetap seperti ini. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
4. Menghidupkan qiyamul lail
Para ulama salaf selalu mencari kesempatan untuk menghidupkan malamnya dengan shalat dan membaca Al-Quran sehingga tersentuh jiwanya. Dan apabila membaca ayat yang menerangkan kabar gembira, hatinya terselip harapan yang menggebu-gebu seolah apa yang di janjikan itu ada di pelupuk matanya. Sebaliknya, apabila membaca ayat Al-Qur’an yang menerangkan ancaman maka hati dan kedua telinganya terasa terbius, seolah dahsyatnya suara api neraka berada di ujung telinganya, lalu mereka pun meletakkan keningnya di atas bumi sambil memohon kepada Allah agar dijauhkan dari pedihnya api neraka dan meminta pertolongan agar diberi kemenangan atas musuh-musuhnya.
Dari Abu Hurairah r.a:”Kemuliaan seorang mu’min teletak pada solatnya yang ia dirikan di tengah malam dan kehormatannya terletak pada ketidak-tergantungannnya terhadap orang lain”. Dari Mughirah r.a, Rasulullah s.a.w selalu bangun tengah malam melaksanakan solat malam hingga bengkak kedua telapak kakinya”.
5. Memberi buka puasa (tafthir shaim)
Memberi buka puasa kepada orang yang berpuasa sangat dianjurkan oleh Islam, meski hanya dengan memberinya segenggam kurma, memberi minum orang puasa yang sedang dalam perjalanan ataupun memberi buka puasa dengan sebungkus nasi kucing kepada orang-orang yang membutuhkan untuk berbuka.
Anjuran memberi buka puasa atau tafthir shaim ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya:
” Barang siapa yang memberi ifthar (untuk berbuka) orang-orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun”. (Bukhari Muslim)
6. Bersedekah
Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan paling dermawannya beliau adalah di bulan Ramadhan. Beliau bersabda, “Sebaik-baik sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan.”(HR Tirmidzi)
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ, وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُوْنُ فِى رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ
“Rasulullah adalah manusia yang paling pemurah, dan beliau lebih pemurah lagi di bulan saat Jibrimenemui beliau” (HR. al-Bukhari).
7. Memperbanyak doa
“Ada tiga orang yang tidak ditolak do’a mereka: Orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil dan do’anya orang yang teraniaya“. (Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majjah dan Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan).
“Tiga do’a yang tidak akan ditolak, do’a orang tua terhadap anak nya, do’a orang yang sedang berpuasa, dan do’a orang yang sedang dalam perjalanan.” (Kitab Silsilah ash-Shahiihah no 1797)
8. I`tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan
I’tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Orang yang beri’tikaf akan menyibukkan diri dengan beribadah kepada-Nya,  hingga kecintaannya semata hanya kepada Alloh SWT, mengalahkan kecintaannya kepada selain Alloh. Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan merupakan keutamaan yang dipilih oleh Alloh SWT.
Diriwayatkan dari `Aisyah r.a. bahwasanya Nabi Muhammad saw selalu beri`tikaf di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan hingga ajal menjemputnya, kemudian sunnah ini dihidupkan lagi oleh isteri-isteri Rasululloh selepas kematiannya” (Bukhari Muslim).
9. Melaksanakan ibadah umrah
salah satu ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan adalah melaksanakan ibadah umrah dan Rasulullah menjelaskan bahwa nilai pahalanya sama dengan melaksanakan ibadah haji, seperti dalam hadits yang berbunyi:
عُمْرَةٌ فِى رَمَضَانَ تَعْدِلُ حَجَّةً
“Umrah di bulan Ramadhan sama dengan ibadah haji.”
Demikianlah amalan-amalan sunnah pada bulan Ramadhan, semoga kita bisa melewati hari-harinya dengan beribadah, dan bisa melaksanakan sunnah-sunnah yang dianjurkan oleh Rasululloh saw. Amin.

Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transis.

Definisi kenakalan remaja menurut para ahli

  • Kartono, ilmuwan sosiologiKenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.
  • Santrock “Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”

Sejak kapan masalah kenakalan remaja mulai disoroti?

Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat.

Jenis-jenis kenakalan remaja

  • Penyalahgunaan narkoba
  • Seks bebas
  • Tawuran antara pelajar
Penyebab terjadinya kenakalan remaja
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
  1. Krisis identitasPerubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
  2. Kontrol diri yang lemahRemaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
  1. KeluargaPerceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
  2. Teman sebaya yang kurang baik
  3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja:

  1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
  2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
  3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
  4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
  5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

free sex kenakalan remaja

Dewasa ini, kenakalan remaja telah menjadi penyakit ganas di tengah-tengah masyarakat, mengingat remaja merupakan bibit pemegang tampuk pemerintahan negara di masa depan. Lebih parah, berbagai kasus kenakalan remaja tersinyalir telah meresahkan masyarakat, semisal kasus pencurian, kasus asusila seperti free sex, pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Oleh berbagai praktisi media bahkan para pemerhati sosial hal ini telah banyak digubris dan dicari benang merahnya. Hanya saja, sejauh ini usaha tersebut belum terlihat goal dan terkesan hanya sebagai bahan berita di media massa dan diskursus oleh berbagai kalangan yang belum ada realisasi khusus.
Sejatinya, kenakalan semacam itu normal terjadi pada diri remaja karena pada masa itu mereka sedang berada dalam masa transisi: anak menuju dewasa.  Seperti pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985: 73), perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal. Terkait dengan kenakalan remaja, dalam bukunya yang berjudul “Rules of Sociological Method” disebutkan bahwa dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin dihapusnya secara tuntas. Dengan demikian, perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan dilihat pada suatu perbuatan yang tidak disengaja. Namun, kontras dengan pemikiran tersebut, kenyataan yang akhir-akhir ini terjadi adalah kenakalan remaja yang disengaja, yakni dilakukan dengan kesadaran. Miris!
Pengaruh psikologis
Remaja, seperti dikatakan di atas, yang merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa, memiliki potensi besar untuk melakukan hal-hal menyimpang dari kondisi (baca: perilaku) normal. Seperti ada pergolakan dalam diri mereka untuk melakukakan hal-hal yang berbeda dengan yang lain di sekelilingnya, hal-hal yang dianggap normal oleh kebanyakan orang. Sependapat dengan hal itu, Becker (dalam Soerjono Soekanto, 198: 86), mengatakan bahwa mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal itu disebabkan karena setiap manusia pada dasarnya pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu. Sebaliknya, orang yang dianggap normal dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang. Tak pelak, dorongan semacam itupun didasari oleh berbagai hal, seperti motif untuk mencari sensasi, bahkan karena sifat dasar remaja yang  pada usia itu sedang melalui tahap mengidentifikasi, semisal yang dilakukan dari tokoh idola atau yang dianggapnya wah.

Lingkungan, Pembentuk Karakter Remaja

Selain pengaruh psikologi, lingkungan pun memiliki pengaruh vital dalam pembentukan karakter remaja yang selanjutnya akan diperankan dalam proses sosialisasinya sebagai makhluk sosial, termasuk perannya untuk berbuat kenakalan atau tidak. Seseorang dapat menjadi buruk atau jelek karena hidup dalam lingkungan yang buruk (Eitzen, 1986:10). Lebih jauh dikritisi, kondisi semacam itu memungkinkan seseorang (baca: remaja) melakukan penyimpangan karena lingkungan telah mengalami disorganisasi sosial, sehingga nilai-nilai dan norma yang berlaku telah lapuk atau seakan tinggal nama/ sebagai simbol. Dengan kata lain, sanksi yang ada seolah sudah ‘tidak’ berlaku lagi.
Remaja semacam itu yang oleh Kartini Kartono (1988: 93) disebut  sebagai anak cacat sosial atau cacat mental sebenarnya sudah mengalami demoralisasi atau pemerosotan gradasi moral. Selain karena kondisi sosial di atas, kondisi keluarga pun sangat menentukan, terutama proses pendidikan dari orang tua sebagai upaya pembentukan karakter (character building) anak.
Sebagai bukti, Masngudin HMS, dalam sebuah penelitiannya tentang hubungan antara sikap orang tua dalam pendidikan anaknya dengan tingkat kenakalan di Pondok Pinang, Jakarta, menyebutkan bahwa salah satu sebab kenakalan adalah sikap orang tua dalam mendidik anaknya. Dari 30 koresponden, mereka yang orang tuanya otoriter sebanyak 5 responden (16,6%), overprotection 3 responden (10%), kurang memperhatikan 12 responden (40%), dan tidak memperhatikan sama sekali 10 responden (33,4%). Dari data seluruh responden yang orang tuanya tidak memperhatikan sama sekali melakukan kenakalan khusus dan yang kurang memperhatikan 11 dari 12 responden melakukan kenakalan khusus.
Terkait dengan pembentukan karakter, penelitian itu pun cukup menjadi bukti vitalitas pendidikan keluarga. Keluarga yang represif (selalu memberikan hukuman) dan otoriter akan cenderung membentuk sifat yang keras pada pribadi anak sehingga mereka lebih berpotensi untuk ‘agresif’, atau sebaliknya bagi psikis mereka yang tidak kuat atas bentuk didikan orang tuanya akan menjadikan sifat ‘lembek’ atau lemah. Ini berbeda dengan bentuk prefentif atau pemberian nasehat dan pujian, bahkan pemberian kesempatan bagi remaja untuk mencurahkan gagasannya. Mereka akan terbentuk menjadi pribadi yang cenderung dapat menghargai orang lain, dan berbagai perilaku yang lebih jauh dari bentuk penyimpangan.
Sebuah tulisan menarik, Samuel Smiles (1887) mencatat dalam bukunyaLife and Labor: tanamkan pemikiran, dan kamu akan memanen tindakan. Tanamkan tindakan, dan kamu akan memanen kebiasaan. Tanamkan kebiasaan, dan kamu akan meraih karakter. Tanamkan karakter dan kamu akan memanen tujuan. Beranjak dari kata bijak itu, karakter merupakan modal awal dari hasil interaksi seseorang, termasuk remaja, untuk mencapai kehidupan yang penuh dengan ketenangan kelak. Sayangnya, pembentukan tersebut belum sepenuhnya diterapkan di sejumlah banyak keluarga, terlihat dari proses pendidikan yang terkesan memanjakan anak, bahkan pendidikan yang termanjakan oleh kemajuan zaman (baca: globalisasi).
Ya, ternyata karakter remaja dan ujung-ujungnya berbagai kasus kenakalan pun tak jauh-jauh dari globalisasi, terutama di bidang teknologi, serta westernisasi (budaya kebarat-baratan). Belum lama, seperti yang sudah dikoar-koarkan berbagai media, kasus smack downyang sempat memiliki rating tinggi dalam tayangan televisi di Indonesia telah mengambil posisi tersendiri di kalangan anak/ remaja. Mereka dengan serta merta mempraktekan adegan semacam itu yang pada akhirnya menjadikan suatu bentuk kriminalitas remaja.
Selain itu, berbagai adegan pornografi di televisi mulai dari kasus ringan-berat pun telah menjadi bentuk pendidikan nilai-nilai yang tidak sepantasnya dilakukan terhadap remaja. Mereka yang sebenarnya membutuhkan asupan gizi semisal berupa tontonan yang mendidik yang mencerminkan insan cendekia, intelek, atau akademis, telah diracuni dengan berbagai adegan pacaran bahkan bentuk kegiatan seksual yang lebih jauh/ parah.  Bidikan semacam itu rupanya sangat ampuk membangun karakter tempe setiap anak/ remaja.
Sekretaris tetap dalam Kementrian Luar Negeri Singapura, Kishore Mahbubani (dalam John Naisbitt dalam bukunya yang berjudul “Megatrends Asia),” mengimbau Barat untuk tidak lagi “meng-kuliah-i” orang-orang Asia karena Barat tidak memiliki kualifikasi moral (moral standing) untuk memberitahu orang lain apa yang harus dilakukan. Ia menganggap bahwa masyarakat Barat telah kacau. Ini seyogyanya menjadi dasar agar masyarakat tidak lagi mendewakan Barat sebagai patokan dalam pergaulan (terutama bagi remaja). Dan tak bisa dipungkiri lagi bahwa sebenarnya budaya di atas adalah budaya yang banyak dipengaaruhi oleh Barat yang dalam hal tertentu sebenarnya sangat kurang memuat nilai-nilai ketimuran. Yaitu yang kurang memuat nilai etika dan unggah-ungguh (kesopanan-Jawa).
Menanggapi polemik tersebut, seyogyanya harus ada penanganan serius dan berkesinambungan oleh berbagai elemen masyarakat.Pertama, orangtua harus selalu mengembangkan karakter (character building) anak, yakni membangun jiwa anak dengan tabiat/ sifat-sifat yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan. Pentingnya peran keluarga dalam mendidik nilai-nilai anak sejak dini menjadikan orangtua harus dapat menjadi sang maestrobuah jatuh tak jauh dari pohonnya. Singkatnya, orangtua pun harus memiliki sifat yang baik pula.  yang dapat dijadikan teladan oleh anak. Ingat sepenggal peribahasa,
Kedua, sekolah yang kini ibaratnya menjadi rumah kedua bagi anak harus mampu menciptakan kultur sekolah yang relevan dengan perkembangan psikis remaja: kultur yang penuh dengan pembentukan karakter positif. Misalnya, pendidikan nir-kekerasan, serta berbagai keculasan semisal menghindarkan murid pada budaya mencontek yang juga merupakan salah saatu bentuk kenakalan remaja bertaraf ringan. Penghargaan terhadap prestasi siswa pun sangat diperlukan untuk menumbuhkan etos juang, semisal ucapan terima kasih atau pemberian pujian, serta bentuk pembelajaran tanggung jawab semisal minta maaf baik oleh siswa maupun guru apabila melakukan suatu kesalahan. Dan ini oleh Jepang pun telah lama ditumbuhkan pada pribadi siswa.
Selain itu, pendidikan etika/ moral pun harus tetap diupayakan secara teoritis. Pendidikan pancasila/ kewarganegaraan dan agama yang memuat nilai-nilai moral saat ini terkesan mulai ditinggalkan karena sejumlah banyak siswa lebih tertarik untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu-ilmu eksak ataupun sosial. Inilah tugas guru yang bersangkutan atau pihak kurikulum untuk menjadikan mata pelajaran tersebut menarik lagi di mata siswa dan dapat dijadikan ramuan jiwa yang mujarab dalam pembentukan karakternya.
Terakhir, bersama semua pihak, termasuk pemerintah dalam hal penanganan kenakalan remaja dan berbagai kebijakannya, semoga kenakalan remaja tidak semakin menjadi, cukup menjadi kenakalan yang normal pada diri remaja dalam ‘menikmati’ masa remajanya karena seorang filsuf, Kahlil Gibran pun mengatakan bahwa anak-anak memiliki generasi dan dunianya sendiri. Semoga remaja Indonesia tumbuh menjadi remaja yang kelak mampu mempersembahkan kejayaan dengan karakter yang baik sehingga nama Indonesia pun tersiar kepenjuru dunia bak kasturi

10 Penyebab Kenakalan Remaja

Jakarta, Benarkah remaja bermasalah itu sudah biasa? Ada 10 penyebab munculnya kenakalan remaja. Tapi dengan komunikasi dua arah dan pemantauan dari orangtua, kenakalan remaja bisa dihindari.

Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan pertemanannya.

Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.

Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.

Batasan dan Jenis Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja merupakan tindakan melanggar peraturan atau hukum yang dilakukan oleh anak di bawah usia 18 tahun.

Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam yang orangtua berikan, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya.

Dalam batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The Adolescence, terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu:

1. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan, dan pembunuhan.

2. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.

Keluarga yang Memicu?

Menurut Karol Kumpfer dan Rose Alvarado, profesor dan asisten profesor dari University of Utah, dalam penelitiannya, menyebutkan bahwa kenakalan dan kekerasan yang dilakukan oleh anak dan remaja berakar dari masalah-masalah sosial yang saling berkaitan.

Di antaranya adalah kekerasan pada anak dan pengabaian yang dilakukan oleh orangtua, munculnya perilaku seksual sejak usia dini, kekerasan rumah tangga, keikutsertaan anak dalam geng yang menyimpang, serta tingkat pendidikan anak yang rendah.

Ketidakmampuan orangtua dalam menghentikan dan melarang perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak remaja akan membuat perilaku kenakalan terus bertahan.

Faktor-faktor penyebab munculnya kenakalan remaja, menurut Kumpfer dan Alvarado, Minggu (23/1/2011)



  1. Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.
  2. Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan nilai-nilai anti-sosial.
  3. Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya).
  4. Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak.
  5. Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak.
  6. Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga.
  7. Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.
  8. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain.
  9. Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru.
  10. Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan kenakalan remaja.

Faktor lingkungan atau teman sebaya yang kurang baik juga ikut memicu timbulnya perilaku yang tidak baik pada diri remaja. Sekolah yang kurang menerapkan aturan yang ketat juga membuat remaja menjadi semakin rentan terkena efek pergaulan yang tidak baik.

"Guru yang kurang sensitif terhadap hal ini juga bisa membuat remaja menjadi semakin sulit diperbaiki perilakunya. Demikian juga dengan guru yang terlalu keras dalam menghadapi remaja yang bermasalah. Bisa jadi, bukannya ikut meredam kenakalan mereka, malah membuat kenakalan mereka semakin menjadi," ujar Prof. Arif Rachman, pakar pendidikan dari UNJ.

Sementara M Faisal Magrie, konsultan psikologi remaja dari Asosiasi Berbagi, menyatakan beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk mencegah munculnya perilaku kenakalan pada anak remaja.          

Menurut Faisal, mengasuh anak yang memasuki usia remaja dapat diandaikan seperti bermain layangan. "Apabila orangtua menarik talinya terlalu dekat, layangan itu tidak akan bisa terbang. Namun bila orangtua membiarkan talinya terlalu jauh, layangan tersebut akan putus karena angin yang kencang, atau hal lain seperti menyangkut di pohon," kata Faisal.

Begitu juga dengan anak remaja, jika orangtua terlalu mengekang anak, yang terjadi adalah anak tidak mampu berkembang secara mandiri dan mereka akan berusaha untuk melepaskan dirinya dari kekangan orangtua. Ketika hal ini terjadi, lingkungan sosial, terutama teman sebaya, akan menjadi pelarian utama si anak.

Apabila ternyata lingkungan sosial tempat anak biasa berkumpul memiliki kecenderungan untuk melakukan kenakalan remaja, anak juga berpotensi besar untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan kelompoknya.

Hal yang sama juga dapat terjadi apabila orangtua terlalu membebaskan anak. Perbedaannya adalah, anak yang dibebaskan tidak merasakan tekanan sebesar apa yang dirasakan oleh anak yang dikekang, sehingga dorongan untuk memberontak cenderung lebih kecil dibandingkan anak yang dikekang.

Berikan batasan yang jelas.

Orangtua disarankan untuk memberikan batasan yang jelas mengenai perilaku apa yang benar-benar tidak boleh dilakukan oleh anak, misalnya membolos, menggunakan narkoba, dan lain sebagainya.

Berdiskusilah untuk tawar menawar.

Lakukan tawar menawar melalui diskusi mengenai perilaku lainnya yang dianggap berpotensi membuat anak menjadi nakal, seperti pulang malam, menginap, atau bahkan memilih pacar.

Biarkan anak menentukan standar moralnya sendiri.
Proses tawar-menawar akan merangsang anak untuk menentukan standar moralnya sendiri. Di sisi lain hal ini dapat membuat anak lebih menghormati orangtuanya karena telah diberikan kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri.

Aktif berkomunikasi dengan guru di sekolah.
Pengawasan dan pemantauan orangtua di rumah bisa dilengkapi dengan pengawasan dari guru di sekolah. Pemantauan terpadu ini akan memberikan banyak masukan yang menyeluruh bagi orangtua mengenai perilaku anaknya di luar rumah.

Tak Ada Kata Terlambat


Menurut Faisal, tidak ada kata terlambat dalam menangani anak remaja yang terlihat 'melenceng'. Karena di usia ini teman adalah segalanya bagi anak, ia dapat dengan mudah terpengaruh oleh teman-teman sebayanya.

Untuk mengatasi hal ini, tindakan yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah dengan membuat kesan bahwa mereka bisa berdamai dengan pilihan anaknya. Dengan begini, orangtua tetap bisa mengawasi aktivitas dan pergaulan anaknya dengan pasif.

Namun, ada hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua berkaitan dengan hal tersebut. Ketika orangtua terlalu 'masuk' ke dalam kehidupan anak, pasti anak akan merasa terganggu privasinya. Ia akan merasa risih dan pada akhirnya justru bersikap tertutup kepada orangtuanya.

Untuk itu, orangtua harus mengusahakan agar tetap terlibat secara pasif, namun jangan sampai terkesan terlalu ingin ikut campur.

Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa.
Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja.
- reaksi frustasi diri
- gangguan berpikir dan intelegensia pada diri remaja
- kurangnya kasih sayang orang tua / keluarga
- kurangnya pengawasan dari orang tua
- dampak negatif dari perkembangan teknologi modern
- dasar-dasar agama yang kurang.
- tidak adanya media penyalur bakat/hobi
- masalah yang dipendam
- keluarga broken home
- pengaruh kawan sepermainan
-dll
Contoh / Jenis-jenis Kenakalan remaja :
- membolos sekolah
- kebut-kebutan di jalanan
- Penyalahgunaan narkotika
- perilaku seksual pranikah
- perkelahian antar pelajar
-dll

Tips untuk mencegah dan mengatasi kenakalan remaja

.
- Orang tua harus selalu memberikan dan menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya kepada anaknya. Jadilah tempat curhat yang nyaman sehingga masalah anak-anaknya segera dapat terselesaikan.
- Perlunya ditanamkan dasar agama yang kuat pada anak-anak sejak dini.
- Pengawasan orang tua yang intensif terhadap anak. Termasuk di sini media komunikasi seperti televisi, radio, akses internet, handphone, dll.
- Perlunya materi pelajaran bimbingan konseling di sekolah.
- Sebagai orang tua sebisa mungkin dukunglah hobi/bakat anak-anaknya yang bernilai positif. Jika ada dana, jangan ragu-ragu untuk memfasilitasi hobi mereka, agar anak remaja kita dapat terhindar dari kegiatan-kegiatan negatif.
-dll
Itulah yang dapat saya paparkan tentang kenakalan remaja, mulai dari pengertian kenakalan remaja, Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja, Contoh / Jenis-jenis Kenakalan remaja sampai dengan Tips untuk mencegah dan mengatasi kenakalan remaja. Semoga bisa bermanfaat bagi pembaca. Masukan-masukan sangat diterima sebagai bahan perbaikan dari artikel ini, karena mungkin banyak terdapat kekurangan di sana-sini. :D
Referensi :
1. http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html
2. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASHa7c5.dir/doc.pdf
3. http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=12915
4. http://subandowo.blogspot.com/2008/08/kenakalan-remaja.html

Rabu, 27 Juli 2011

Tahap-tahap dalam ilmu Agama Islam:

1. Al Qur’anul Karim
Pentingnya bagi penuntut ilmu agar mengkhususkan target tertentu untuk menghafal Al Qur’an setiap hari. Target tersebut hendaknya bisa satu halaman atau setengah halaman atau minimal sepuluh ayat. Sebaiknya menghafalnya satu halaman atau setengah halaman atau minimal sepuluh ayat. Sebaiknya menghafalnya di hadapan seorang ustadz/guru yang menguasai bacaan Al Qur’an. Jika tidak memungkinkan, maka ia bisa dibantu temannya yang memiliki kesungguhan, karena hal ini akan meningkatkan semangat dan memperkuat keinginan untuk menghafal Al-Qur’an. Hendaknya ia sering mengulang-ulang apa yang telah ia hafal secara terus menerus. Hendaknya ia mengulang hafalannya ketika sholat sunnah dan sholat malam. Dengan demikian akan memperkuat hafalannya.


2. Ilmu Tafsir
Sebaiknya para penuntut ilmu untuk membaca setiap harinya tafsir ayat yang akan dia hafal pada hari itu. Dengan mengetahui makna ayat maka bisa membantu dalam menghafalnya. Kemudian setelah hafal ayat tersebut, dia kembali membaca tafsirnya untuk memperkuat ingatannya. Bacalah dengan memulai membaca salah satu kitab tafsir ini, yaitu :
“Tafsir Al Baghowi”, karya Imam Al Baghowi -rahimahullah- Beliau salah satu Imam Ahlus Sunnah yang mulia, atau kitab “
Zubdatut Tafsir” Karya Syaikh DR Muhammad bin Sulaiman Al Asyqor
–hafidhahulloh-, setelah itu berpindah ke tafsir ” Taisir Karimirrahman ” karya Syaikh As’ Sa’di -rahimahullah-, kemudian tafsir “Fathul Qodir” karya Imam Asy Syaukani -rahimahullah-. Setelah itu tafsir “Ibnu Katsir” karya Al Imam Al Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah-. Baru kemudian pindah ke tafsir yang besar seperti tafsir Ibnu Jarir Ath Thabari karya Imam Ath thobari -rahimahullah- atau tafsir Al Qourthuby karya Imam Al Qurthuby -rahimahullah- atau tafsir besar lainnya.

3.Ilmu Hadits dan Syarah (penjelasnya)
Sebaiknya kepada para penuntut ilmu agar bisa menghafal 3-5 hadits setiap harinya. kalau bisa dihadapan seorang guru menguasai ilmu hadits dan bahasa arab. Namun bila kesulitan, ia bisa menghafalnya dengan teman yang bersungguh-sungguh dan memberi motivasi untuk meraih ilmu. Dengan demikian bisa saling menjaga dari ganguan orang lain dan menjaga semangatnya.
Sebaiknya diawali dengan menghafal “Hadits Arbain” karya Imam An Nawawi -rahimahullah- dan ditambah dari Imam Ibnu Rajab. Disertai dengan membaca penjelasan/syarah hadist tersebut yang akan dihafal dari kitab mukhtashor /ringkasan seperti Syarh Al Arba’in oleh Imam Ibnu Daqiq Al `Ied -rahimahullah-, (dan kitab syarah arbain yang lainnya seperti syarah arbain oleh Imam Nawawi sendiri, Syarah Arbain oleh Syaikh Al Utsaimin dan yang lainnya banyak sekali kitab yang menjelaskan makna hadits arbain -red).
Setelah itu pindah ke kitab “Umdahtul Ahkam” karya Imam Abdul
Ghoni Al Maqdisi (kitab yang membahas hadits –hadist hukum yang disepakati oleh Bukhori Muslim –red) dengan menghafal 3-5 hadits setiap hari sambil membaca penjelasannya pada kitab “Taisir Allam Syarh Umdahtul Ahkam” karya Syaikh Al Bassam -rahimahullah-.Dilanjutkan dengan menghafal kitab “Al Muntaqo” karya Majd bin Ibnu Taimiyah dengan membaca penjelasannya dalam “Nailur Author min Muntaqo Al Akhbar” karya Imam Asy Syaukani. Terakhir berpindah ke kitab “jami’ul Ulum Wa Al Hikam” karya Imam Ibnu Rajab Al hambali -rahimahullah-.
Setelah menyelesaikan semua kitab diatas, baru berpindah ke kitab-kitab hadits yang besar beserta penjelasannya. Dimulai dengan kitab “Shahih Bukhori” karya Imam Bukhori -rahimahullah- dengan membaca syarah-nya yaitu “Fathul Baari Syarh Shahih Al Bukhori” karya Imam Ibnu Hajar -rahimahullah- . Kemudian dilanjutkan dengan “Shahih Muslim” karya Imam Muslim -rahimahullah- dengan sekaligus membaca syarahnya yaitu Shahih Muslim Syarh An Nawawi oleh Imam Nawawi -rahimahullah-. Kemudian ” Sunan Abu Daud” dengan syarah-nya Aunul Ma’bud
Syarh Sunan Abu Daud oleh Al `Adzim Abadi. Kemudian Sunan At Tirmidzi dengan syarahnya berjudul Tuhfatul Ahwadzi Syarah Sunan At Tirmidzi karya Al Mubarakfury. Setelah itu dilanjutkan ke Sunan An Nasa’I, Sunan Ibnu Majah dan Musnad Ahmad dengan syarah-nya Al fathur Rabbani karya As Sa’ati atau kitab-kitab besar lainnya.

4. Ilmu Tauhid

Sebaiknya seorang penuntut ilmu memulai kitab “Ushul Tsalatsah karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab beserta syarahnya Syarh Ushul Ats-Tsalastah dari karya Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin -rahimahullah- (dan syarh karya ulama lainnya -red). Kemudian berpindah ke kitab A’laamus Sunnah Al Mansyuroh “karya Hafidzh Al Hikami. Lalu kitab ` Lu’matul I’tiqod Al Hadi Al Mansyuroh”
karya Imam Al Maqdisi dengan syarahnya oleh Syaikh Abdulloh bin Jibrin.
Selanjutnya, berpindah ke kitab At Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan syarahnya “Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid karya Syaikh Abdurrahman AluSyaikh -rahimahullah- atau Al Qoulul Mufid Syarh Kitabit Tauhid karya Syaikh Al Utsaimin -rahimahullah-. Kemudian berpindah ke Kitab Al Qowaidul Mutsla fi Syarhi Asma’illah wa Shifatihil Husna karya Syaikh Al Utsaimin, beliau telah menjelaskan sendiri bahwa ceramah penjelasan kitabnya ini telah direkam dalam beberapa kaset yang sangat bermanfaat, maka pelajar sebaiknya berusaha untuk mendengarkannya.
Selanjutnya berpindah ke kitab Al Aqidah Al Washitiyyah karya Imam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- dengan syarahnya Syaikh Al Utsaimin juga syarah dari Syaikh DR khalil Harras, Syaikh Sholih Alu Syaikh dan lainnya.
Selanjuttnya mereka bisa mengkaji kitab-kitab yang lebih besar seperti “Al Aqidah At Tadmuriyyah karya Imam Ibnu Taimiyyah atau Al Aqidatuth Thahawiyah karya Abu Ja’far Ath Thahawi dengan penjelasannya oleh Ibnu Abi Al Izzi, Atau kitab As Sunnah karya Ibnu Buthathah dan kitab Ushul I’tiqod Ahlis Sunnah wal Jamaah karya Imam Al Lalikai -rahimahullah- .

5. Ilmu Fiqih
Sebaiknya penuntut ilmu mengkhususkan dirinya dengan beberapa masalah fiqh yang ingin dia fahami atau kaji setiap harinya kurang lebih 4-7 masalah. Sebaiknya dia memulainya dengan kitab “Ad Durrarul Bahiyah” karya Imam Asy Syaukani -rahimahullah- . Kemudian dia mendengar kaset “Fatawa Nurun alad Darbi” karya Syaikh Abdul Aziz bin Baaz , Syaikh Muhammad bin Shalih Al Ustaimin –rahimahakumullah-, hingga kitab “Al Mughni” karya Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisi.
Selanjutnya berpindah ke kitab-kitab fiqh muqorin (perbandingan madzhab) dan ensiklopedi fiqh seperti kitab “Al Mughni” karya Imam Ibnu Qudamah dan kitab ” Al Majmu” “Syarahil Muhadzdzab” karya Imam An Nawawi -rahimahullah-.

6. Siroh Nabawiyyah (Biografi Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam )
Penuntut ilmu sebaiknya memulai dengan mengkaji kitab “Ar Rakhiqul Makhtum” Karya Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury, kemudian berpindah kitab “Hadzal Habib ya Muhib”karya Syaikh Abu Bakar Al Jazairy -rahimahullah-. Selanjutnya mengkaji kitab ” As Siroh An Nabawiyyah” karya Imam Ibnu Katsir -rahimahullah- dan kitab Zaadul Ma’ad karya Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyah -rahimahullah-.

7. Tarikh (Sejarah Islam) , Biografi Ulama dan Informasi tentang mereka
– rahimakumulloh-
Sebaiknya penuntut ilmu memulia dengan membaca kitab ” Shuwar min Hayaatis Shahabah dan kitab ” Shuwar min Hayaatit Tabi’in” keduanya karya Syaikh DR Abdurrahman Ra’fat Al Basya. Selanjutnya kitab “Ar Riqqah wal Buka” karya Imam Ibnu Quda,ah -rahimahullah-. Kitab Az Zuhd oleh Imam Ahmad -rahimahullah-. Dan kitab Al Bidayah wa An Nihayah karya Imam Ibnu Katsir. Kemudian kitab Siyar A’lamin An Nubala karya Al Haidzh Adz Dzahabi -rahimahullah- dan berpindah ke kitab At Tarikh Baghdad karya Al Khatib Al Baghdadi -rahimahullah- serta kitab-kitab besar lainnya.

8. Pendidikan Keimanan
Dimulai bertahap dengan membaca At Tibyan fi Adabi Hamlatil Qur’an karya Imam An Nawawi -rahimahullah-, kemudian berpindah ke kitab Mukhtashor Minhail Qoshidin karya Ibnu Qudamah Al Maqdisi -rahimahullah-, kemudian dilanjutkan ke kitab Istisyaq Nasim Al Unsy karya Imam Ibnul Jauzy -rahimahullah-, berikutnya kitab Al Jawaabul Kaafi liman saala anid Dawaaisy Syafii dikenal dengan nama Ad Daa wa Dawaa karya Imam Ibnu Qoyyim -rahimahullah- kemudian kitab At Takhwif minan Naar karya Imam Ibnu rajab, baru berpindah ke kitab-kitab besar seperti Madaarijus Salikin karya Imam Ibnul Qoyyim dan kitab besar lainnya.

Menuntut Ilmu AGAMA

Masuk Kategori: Tarbiyah

Keutamaan Ilmu:
Keutamaan menuntut ilmu sangat banyak sekali, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam “Buah Ilmu menyampaikan kepada kita sampai 129 sisi keutamaan ilmu, beberapa keutamaan ilmu diantaranya:
“Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Az-Zumar(39):9)
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”(Al-Mujadilah(58):11)
“Barangsiapa berjalan di satu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalan menuju jannah. Dan sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat. “(Dari hadits yang panjang riwayat Muslim)
“Barangsiapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam sabilillah hingga kembali.”(HR.Tirmidzi, hasan)
“Barangsiap menempuh jalam untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.”(HR.Muslim)
“Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka Allah akan pahamkan dia adalam (masalah) dien (agama).”(HR.Bukhari)
Ilmu yang dipelajari
Apakah yang dimaksud dengan ilmu pada hadits-hadits di atas? Apakah seluruh ilmu? Yang dimaksud ilmu di situ adalah ilmu nafi’ yaitu ilmu yang bermanfaat, yang akan mewariskan kebaikan dan barakah kepada penuntutnya baik di dunia ataupun di akhirat. Karenanya ilmu yang patut dituntut dan diusahakan untuk meraih adalah ilmu syar’i yang dengannya amal akan menjadi baik dan benar. Ilmu adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan ijma sahabat.
Apakah kita harus mempelajari semua ilmu yang ada? Tentunya tidak. Semua orang dilahirkan dengan kemudahan yang berbeda-beda. Kalau semuanya akan dituntut, sampai akhir hayatpun tidak semuanya dapat dipelajari, karena ilmu adalah samudera yang maha luas.
Apa yang mesti kita pelajari terlebih dahulu?

Pertama, Kitabullah. Ilmu yang pertama serta utama yang sekaligus sebagai dasar, sumber dan pedoman yang agung bagi ilmu-ilmu yang lainadalah Al-Qur’an. Marilah Al-Qur’an kita baca, kita pelajari isinya dan kita amalkan apa yang terkandung di dalamnya.

Kedua, Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Yaitu setiap apa yang datang dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam apakah itu ucapan, perbuatan, atau persetujuan beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kita pelajari dan kita laksanakan perintah-perintahnya dan kita tinggalkan larangan-larangannya. Kita juga berkewajiban untuk mencontoh Nabi, karena beliau adalah suri teladan yang baik bagi kita. Terkadang ayat-ayat al-Qur’an belum dapat dipahami secara langsung, dan hanya bisa dipahamai dan diamalakan dengan petunjuk dari sunnah nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Misalnya perintah sholat, di Al-Qur’an tidak ada penjelasan bagaimana tata cara sholat, dengan mempelajari sunnahnya kita dapat mengetahui tata cara sholat yang diperintahkan.

Ketiga, Aqidah atau Ilmu tauhid
Ilmu ini memiliki kedudukan yang tinggi. Kebutuhan kita yang paling mendesak saat ini adalah mempelajari aqidah islamiyah. Jadikanlah mempelajari aqidah sebagai prioritas utama. Karena sekarang ini syirik merajalela, di mana-mana, hampir tidak pernah sunyi dari kesyirikan dengan berbagai macam bentuknya. Pelajarilah dengan sebenar-benarnya, agar diri kita tidak terkena noda syirik. Bukankah syarat pertama diterimanya amal adalah bertauhid kepada Allah, tidak melakukan kesyirikan?

Keempat, ilmu tafsir
Dengan ilmu tafsir, kita dapat memahami ayat-ayat yang sulit, yang belum dapat kita pahami langsung dari Al-Qur’an. Dalam kitab tafsir dijelaskan tafsir ayat dengan ayat, tafsir ayat dengan hadits. Namun perlu diperhatikan, pelajarilah kitab tafsir yang penulisnya memiliki aqidah yang shahihah dan komitmen terhadap hadits-jadits yang shahih.

Kelima, ilmu fiqh
Ilmu ini berhubungan erat dengan pelaksanaan ibadah, syarat-syarat dan rukun-rukunnya. Sungguh-sungguhlah menuntut ilmu ini, karena apabila tidak dipelajari secara benar, maka ibadah yang kita lakukan bisa sia-sia. Dengan ilmu ini kita bisa mengetahui tata cara peribadatan. Tentunya tidak harus semunya kita tahu, bagi kita, minimal mengetahui apa-apa yang selalu kita kerjakan sehari-hari, seperti thaharah, shalat, puasa, dan yang lainnya.
Pelajarilah ilmu-lmu tersebut sesuai dengan kemampuan kita. Prioritaskanlah yang harus diprioritaskan. Dahulukanlah mana yang harus didahulukan. Pelajarilah hal-hal yang merupakan wajib a’in (fardhu ‘ain) bagi kita.